Pernah aku bertanya, "Mengapa harus ada sebuah hubungan untuk mengapresiasikan kasih sayang?"
Salah satu temanku bilang, sebuah hubungan itu penting sebagai status. STATUS. Dari kata tersebut aku berfikir, "Apakah status bisa diartikan sama dengan identitas?"
Kalau memang bisa disamakan, aku bisa menarik kesimpulan bahwa sebuah hubungan itu memang penting dalam mengapresiasikan bentuk kasih sayang. Tetapi, kemudian aku bertanya "Kenapa rasa sayang tidakcukup hanya dengan pengutaraan?"
Mengapa pernyataan sayang harus meminta jawaban?
Bukankah sayang yang tulus tidak meminta balasan?
Tetapi itulah, tidak ada manusia yang bila sayang dengan seseorang tidak senang apabila orang yang disayanginya juga merasakan hal yang sama.
Tetapi, mengapa harus terikat dalam sebuah hubungan?
Tidak cukupkah hanya saling mengetahui bahwa kita saling sayang?
Bukankah ruang untuk melakukan hal-hal negatif dalam sebuah hubungan yang belum sah secara agama akan terminimalisir dengan tidak menjalankan hubungan yang sebenarnya belum sah tersebut?
Lama sekali aku berfikir mengenai hal tersebut.
Beberapa orang tua memilih untuk tidak membolehkan anaknya berpacaran (menjalin sebuah hubungan).
Mengapa orang tua tidak memperbolehkan?
Pasti sebagian anak muda berfikir bahwa orangtua yang melarang anaknya berpacaran ( menjalin sebuah hubungan) tidak gaul, jadul, gak pernah muda dan lain sebagainya.
Tetapi, ternyata yang mereka takutkan adalah, anak-anak mereka melakukan hal-hal yang belum dihalalkan dalam sebuah hubungan yang belum sah secara agama.
Bagaimana kalau ternyata status sebuah hubungan benar-benar penting?
Sebenarnya, sebuah status memiliki 2 sisi.
Sisi positif dan sisi negatifnya.
Sisi positifnya, orang yang ingin mendekati kita akan mundur teratur, diakui, dikenal,